Problema keterlanjuran sawit dalam kawasan hutan yang terjadi di Indonesia merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji secara ilmiah untuk mengurai persoalan dan menemukan alternatif penyelesaiannya. Sarah Claude-Amyot mengkaji tentang peran dari proses pembuatan keputusan dalam agorofrestri sawit yang dipraktikan oleh petani di Kalimantang Tengah, Indonesia. Penelitian ini berlangsung sejak awal tahun 2020. Namun, adanya pandemic covid-19 mengharuskan Sarah dan tim penelitian yang menyertainya untuk kembali ke Utretch, Belanda. Sarah adalah mahasiswa jenjang magister pada program studi Pembangunan Internasional, Utrecht University. Kepulangan Sarah ke Belanda, tidak menghentikan penelitian yang dilakukan oleh Sarah. Dibantu oleh Siti Maimunah (Asisten Riset-Anggota Tim SJB), Kartono Aprilianto (Translator Lokal), Tedy, dan Tafrichan (Fasilitator Desa SJB), Sarah menyelesaikan pengumpulan data untuk dianalisis sebagai karya thesisnya. Secara jarak jauh, sarah dan tim enumerator lapangan berkomunikasi, melakukan pengumpulan data yang cukup untuk dianalisis.
Thesis yang disusun oleh Sarah, berada dibawah arahan dari Dr. Alberto Alonso Fradjeas (Utrecht University), dan Dr. Hero Marhaento (Universitas Gadjah Mada). Pada bulan Agustus 2020, Sarah menyelesaikan kajiannya dan mempertahakankan thesis yang disusun di hadapan penguji. Kajian yang dilakukan Sarah berada di 3 lokasi yaitu Desa Karang Sari, Pangkut, dan Sebuai Timur. Sebelum pandemic covid-19, Sarah sudah sempat berada di lokasi penelitian selama 5 hari. Thesis yang disusun sarah bertujuan untuk mengetahui sikap terhadap adopsi agroforestry sawit, mengetahui kelompok yang mengambil bagian dari norma subjektif dan pengaruhnya dalam adopsi agroforestry sawit campur, kontrol perilaku petani yang mempengaruhi adopsi, dan pengaruh komunikasi terhadap pengetahuan dan dorongan untuk mengadopsi agroforestry sawit campur. Secara singkat, disimpulkan oleh Sarah, bahwa factor utama yang mendorong petani untuk mengadopsi agroforetri sawit adalah ekonomi, petani pun juga menyebutkan bahwa agroforestry sawit juga mampu melindungi biodiversitas dan meningkatkan kualitas tanah. Selain itu, latar belakang keluarga dan komunitas sangat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk adopsi agroforestry sawit campur. Secara umum, seluruh petani memiliki keinginan yang kuat untuk mengadopsi agroforestri sawit namun pengetahuan tentang agroforestry sawit masih belum cukup membekali para petani yang akan mengadopsi. Hal ini membutuhkan peran yang cukup besar dari institusi local untuk mendampingi petani sawit sehingga para petani memperoleh pengetahuan yang cukup dan bersedia mengadopsi berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Ulasan penelitian Sarah secara lengkap dapat dibaca melalui website jangkabenah.org pada bagian publikasi.