Strategi Jangka Benah merupakan suatu alternatif solusi untuk penyelesaian keterlanjuran sawit monokultur di dalam kawasan hutan. Hal ini banyak dialami oleh smallholders yang terlanjur memiliki sawit monokultur tanpa mengetahui kejelasan dari kawasan tersebut. Strategi Jangka Benah saat ini berkembang cukup signifikan dan mendapat banyak perhatian publik dari tingkat tapak hingga lingkup penentu kebijakan. Pesatnya perkembangan dan atensi terhadap strategi jangka benah, mendorong tim SJB untuk merancang program sekolah strategi jangka benah. Senin (18/01/2021), tim SJB mengawali tahun dengan koordinasi penyusunan kurikulum sekolah strategi jangka benah. Sekolah SJB ini dirancang untuk memberikan pemahaman dan peningkatan keterampilan peserta didik untuk dapat merencanakan dan mengelola implementasi program strategi jangka benah dari tingkat tapak hingga hilirisasi produk hasil pemanenan.
Kegiatan koordinasi yang berlangsung secara luring dan daring ini dipimpin oleh Ketua Tim SJB (Hero Marhaento), dan dihadiri oleh anggota tim diantaranya Dr. Budiadi, Dr. Dwiko, Dr. M Ali Imron, Dr. Ari Susanti, Dr. Handojo, Slamet R, M.Sc., Fiqri Ardiansyah, M.Sc., Denni Susanto, M.Sc., Siti Maimunah, MP, tim fasilitator desa SJB Kalimantan Tengah dan Jambi, serta asisten peneliti tim SJB. Koordinasi ini membahas rancangan kurikulum sekolah dengan target peserta yaitu petani dan mitra SJB setempat. Kurikulum yang disusun merupakan formulasi dari kegiatan need assessment yang sebelumnya dilakukan oleh Tim SJB untuk mengidentifikasi kendala serta harapan dari berbagai mitra SJB pada tingkat tapak maupun pada level lembaga pemangku kawasan setempat. Secara umum, sekolah SJB diawali dengan pemaparan konsep dasar Strategi Jangka benah dan dilanjutkan dengan materi spesifik tentang perencanaan, pengelolaan, hingga pemasaran hasil dari lahan SJB. Konsep penyelenggaraan sekolah strategi jangka benah yang disusun oleh tim merupakan kombinasi dari pemaparan konsep topik khusus dari narasumber ahli, dan praktek singkat untuk meningkatkan keterampilan peserta. Sekolah ini dirancang dengan waktu pembelajaran yang setara dengan program pendidikan singkat dengan program khusus yang dilaksanakan dengan estimasi pembelajaran efektif selama 40 jam. Melalui adanya program sekolah jangka benah, diharapkan seluruh mitra mampu memiliki pemahaman dan keterampilan yang lebih baik dalam pengelolaan kawasan hutan dengan berbagai kendala maupun permasalahan yang dihadapi, khususnya pemanfaatan hutan bersama masyarakat.