(0274) 512102 jangkabenah@gmail.com

Kunjungan Agroforestri Sawit dengan Meranti di Desa Penghidupan, Provinsi Riau

by | 1 Apr 2022 07:04:10

Kamis (31/3), tim Strategi Jangka Benah (SJB) melakukan perjalanan ke lokasi demplot agroforestry sawit – meranti di  Desa Penghidupan, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kegiatan ini dihadiri oleh petani yang tergabung dalam KTH Talang Pandang Lestari sebagai narasumber utama yang melakukan praktek kebun sawit campur sebelum konsep jangka benah diperkenalkan sebagai solusi keterlanjuran kebun sawit monokultur didalam kawasan hutan. Tim Strategi Jangka Benah yang diwakili oleh  Dr. Hero Marhaento, Dr. Budiadi, Dr. Bambang Irawan, Eka Tarcawa Susila Putra, Ph.D., dan Stevie Vista N, M.Sc. Kegiatan kunjungan lapangan ini didampingi oleh tim dari BPDASHL Indragiri Rokan, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru, tim SPOS Indonesia yang diwakili oleh Dr. Hery Santosa.

Kegiatan diawali dengan kunjungan ke Balai Desa Penghidupan, yang disambut langsung oleh Kepala Desa Penghidupan. Pada kesempatan tersebut Suljufri selaku Kepala Desa memberikan sambutan dan apresiasi terhadap tim yang tertarik berkunjung ke demplot. Kunjungan kemudian dilanjutkan ke demplot sawit – meranti seluas 25 hektar yang dikelola oleh KTH Talang Pandang Lestari. Syaiful Amri selaku pemilik lahan mengatakan bahwa lahan sawitnya mulai ditanam Meranti pada tahun 2006, yaitu dimana umur sawit 8 tahun. Inisiasi awal penanaman meranti di dalam kawasan perkebunan sawit adalah penyuluhan dari BPDAS Rokan Hilir. Jenis meranti yang dipilih adalah Meranti Batu dengan pola tanam mata lima. Pada awal penanaman agroforestry sawit – meranti bukan tanpa kendala, pada umur 2 tahun ada serangan hama dan penyakit pada tanaman meranti, namun kemudian dapat diatasi dengan pemberian herbisida dan perawatan intensif. Sedangkan sejak ditanam meranti, pada umur keempat meranti justru hasil panen sawit menunjukkan hasil produktivitas yang tinggi bila dibandingkan dengan sawit dengan usia yang sama dengan pola penanaman monokultur. Hal ini berbanding terbalik dengan banyak kekhawatiran yang dialami petani di tingkat tapak yang menganggap agroforestry sawit dapat mengurangi produktivitas sawitnya. Saat ini meranti yang ditanam diantara tegakan sawit telah berumur 16 tahun dengan tajuk lebih tinggi dari tajuk sawit serta memiliki keliling batang paling besar mencapai 42 cm.

Kunjungan tim Strategi Jangka Benah dilanjutkan ke Balai Diklat LHK Pekanbaru untuk mendiskusikan peluang kerjasama dalam merancang pelatihan Jangka Benah untuk aparatur maupun masyarakat sebagai tindak lanjut kebijakan PP nomor 23 dan 24 tahun 2021 serta PermenLHK No. 7/2021; No.8/2021; dan No.9/2021. Dalam kegiatan ini turut diundang dari perguruan tinggi setempat seperti Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (UNILAK) dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau (UNRI). Diskusi ini diharapkan mampu mempercepat kerjasama antara Tim SJB dengan pemangku kebijakan di Provinsi Riau.