(0274) 512102 | 0821 3155 1569 jangkabenah@gmail.com

Monitoring Demplot Jangka Benah di Jambi Setelah 5 Tahun

by | 8 Aug 2025 02:08:50

Strategi Jangka Benah (SJB) adalah sebuah pendekatan multiaspek untuk mengatasi keterlanjuran pembangunan kebun kelapa sawit di dalam kawasan hutan. Secara teknis, kegiatan SJB dilakukan dengan mengubah lanskap kebun kelapa sawit monokultur menjadi lanskap agroforestri sawit dengan tanaman berkayu atau multi purpose tree species (MPTS) melalui teknik silvikultur yang sesuai. Pemilihan jenis tanaman didasarkan pada kondisi kesesuaian tapak dan pemenuhan aspek ekonomi oleh masyarakat petani sawit.

Salah satu demplot implementasi SJB terletak di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Implementasi SJB di Desa Sungai Jernih dilakukan oleh lima Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan dukungan dari Universitas Gadjah Mada, Yayasan Kehati, SPOS Indonesia, dan UKAID. Kegiatan implementasi SJB di Desa Sungai Jernih diresmikan pada tanggal 15 Maret 2020. Mayoritas jenis yang ditanam oleh petani sawit adalah meranti, sengon, gaharu, dan durian.

Kegiatan monitoring demplot SJB yang sudah berusia lima tahun di Desa Sungai Jernih dilakukan pada tanggal 3 – 4 Agustus 2025 oleh tim dari Fakultas Kehutanan UGM dan Yayasan WWF Indonesia. Monitoring dilakukan dengan mengunjungi demplot, mengamati kondisi pertumbuhan tanaman, dan melakukan wawancara bersama petani yang terlibat dalam kegiatan SJB. Demplot yang dikunjungi adalah demplot petani yang tergabung dalam KTH Kasang Panjang, KTH Simpang Beo, KTH Sumber Rezeki, dan KTH Soko Tulang. Wawancara petani dilakukan terhadap lima anggota petani yang tergabung dalam kelompok tersebut, dua diantaranya adalah ketua KTH yaitu ketua KTH Sumber Rezeki dan KTH Simpang Beo.

Berdasarkan kegiatan monitoring, didapatkan gambaran umum sebagai berikut; Sebagian besar tanaman di demplot SJB, terutama di area KTH Kasang Panjang mengalami tekanan dari hama seperti primata dan ungulata (monyet, beruk, dan babi hutan), mayoritas tanaman yang diserang adalah durian dan sengon. Namun, banyak juga tanaman yang tumbuh dengan baik, terutama yang berdekatan dengan jalan kebun ataupun jalan utama. Beberapa petani menggunakan seng untuk melindungi tanaman yang masih muda dari serangan hama, tetapi cara tersebut tidak selalu efektif dalam melindungi tanaman SJB.

Gambar 1. Pohon tanaman SJB dengan pola sisipan di antara pohon sawit di KTH Kasang Panjang

Gambar 2. Penggunaan Seng untuk  melindungi tanaman muda di Demplot SJB KTH Kasang Panjang

Beberapa tanaman SJB terutama di demplot KTH Sumber Rezeki, Soko Tulang, dan Simpang Beo menunjukkan pertumbuhan yang baik dan sudah dapat dimanfaatkan. Contohnya adalah tanaman jenis sengon di demplot KTH Simpang Beo dan Sumber Rezeki yang sudah besar dan tinggi dan masuk umur panen. Kemudian, terdapat juga tanaman gaharu di perbatasan KTH Kasang Panjang dan KTH Soko Tulang yang sudah mulai dikuliti untuk diambil getahnya. Menurut paparan dari petani, keberhasilan tanaman sengon di area KTH tersebut salah satunya dikarenakan area tersebut menjadi lintasan suku anak dalam (SAD) sehingga hewan liar jarang melintasi daerah tersebut. Namun, keberadaan SAD juga menjadi tekanan bagi tanaman SJB karena tanaman muda sering ditemukan patah atau dicabut untuk dijadikan pasak bagi rumah SAD.

Gambar 3. Kenampakan udara demplot SJB KTH Simpang Beo dengan tanaman pencampur sengon yang sudah siap dipanen

Gambar 4. Kenampakan tapak demplot SJB KTH Simpang Beo dengan tanaman pencampur sengon

Selanjutnya, dilakukan FGD singkat di salah satu rumah petani KTH Sumber Rezeki yang juga dihadiri oleh ketua KTH Sumber Rezeki dan KTH Soko Tulang untuk mengetahui respon petani terkait program SJB dan keberlanjutannya. Secara umum, petani di Sungai Jernih memiliki persepsi yang positif terhadap program SJB dan banyak yang bersedia mengikuti ataupun melanjutkan program SJB. Petani sudah sadar akan kewajiban mengikuti program SJB dan memiliki preferensi terhadap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan kayunya. Jenis yang diinginkan oleh petani Sungai Jernih diantaranya adalah jabon, sengon, meranti, mahoni dan sebagian tanaman buah seperti durian, sawo, kelengkeng, kelungkung, dan duku. Petani Sungai Jernih membutuhkan pengadaan bibit tanaman yang unggul karena masih sulit mencari bibit yang unggul untuk ditanam. Ketua KTH Sumber Rezeki diketahui sudah melakukan penyemaian bibit sengon sendiri untuk ditanam sebagai tanaman pencampur melengkapi tanaman dari program SJB. Terkait dengan pemasaran produk, Ketua KTH Soko Tulang memaparkan sudah menemukan pabrik plywood yang mau membeli kayu dari tanaman SJB Desa Sungai Jernih.

Secara umum, potensi implementasi program SJB di Desa Sungai Jernih cukup besar karena aspek penerimaan dari petani cukup tinggi. Meskipun begitu, terdapat beberapa kendala terutama dalam perawatan dan perlindungan tanaman. Hasil monitoring dapat menjadi catatan dalam perencanaan kegiatan SJB selanjutnya, baik di Desa Sungai Jernih maupun daerah lain.