Strategi Jangka Benah (SJB) memiliki dua tahapan utama yakni mengubah agroekosistem kebun sawit monokultur menjadi agroforestri sawit dengan teknik precision agroforestry berdasarkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan fungsi hutan awal (HP, HL, atau HK) dan pola tanam yang tepat. Tahap kedua berfokus pada optimalisasi struktur dan fungsi ekosistem melalui pembentukan agroforestri kompleks yang selaras dengan fungsi hutan sebelumnya. Tahap awal melibatkan penerapan teknik silvikultur kehutanan untuk memperbaiki struktur hutan dari monokultur sawit menjadi agroforestri sawit dengan beberapa jenis tanaman pencampur. Tahapan ini dapat dimulai dengan merancang model kebun campuran yang mengintegrasikan tanaman hutan ke dalam kebun sawit, termasuk pemilihan jenis tanaman yang cocok dan pengaturan jarak tanam. Hal ini mencakup penyediaan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Tujuannya adalah meningkatkan struktur vegetasi sambil tetap memberikan atau bahkan meningkatkan keuntungan ekonomi bagi para pelaku jangka benah dalam jangka waktu pemulihan.
Salah satu syarat penting untuk keberhasilan jangka benah kebun sawit dalam kawasan hutan adalah menyusun rencana teknis implementasi yang komprehensif. Rencana ini harus mencakup informasi dasar tentang kebun sawit yang akan diintervensi, rencana penanaman jangka benah (termasuk pola dan jenis tanaman), jadwal pelaksanaan jangka benah, rencana biaya pembangunan jangka benah, rencana pemasaran produk jangka benah, serta rencana monitoring dan evaluasi implementasi jangka benah. Oleh karena itu, dalam rangkaian Sekolah Jangka Benah di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Tim Jangka Benah mengajak para peserta untuk menyusun rencana teknis jangka benah secara partisipatif. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Best Western Batang Garing, Palangka Raya, Kalimantan Tengah pada tanggal 19 Juni 2025. Kegiatan diawali dengan pematerian oleh Denni Susanto, S.Hut., M.Sc., Ph.D. (Fakultas Kehutanan UGM) mengenai panduan penyusunan rencana teknis jangka benah. Masing-masing peserta juga mendapatkan buku kerja yang disusun sebagai panduan teknis bagi masyarakat atau pelaku usaha yang sudah mendapatkan izin kelola keterlanjuran kebun kelapa sawit di dalam kawasan hutan, khususnya pemegang izin Perhutanan Sosial, dalam merancang dan melaksanakan Strategi Jangka Benah (SJB). Setelah pematerian, kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan rencana teknis jangka benah secara partisipatif dimana peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk mengisi lembar formulir rencana teknis jangka benah sesuai dengan kondisi lahan masing-masing kelompok tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan sesi evaluasi hasil rencana teknis jangka benah yang sudah disusun oleh masing-masing kelompok dipandu oleh Stevie Nissauqodry, S.Hut., M.Sc. (Fakultas Kehutanan UGM). Para peserta tampak sangat antusias dalam menyusun rencana teknis jangka benah dan aktif berdiskusi bersama narasumber menandai komitmen bersama untuk mewujudkan implementasi jangka benah yang terarah dan berkelanjutan. Kegiatan ini ditutup dengan penyampaian kesan dan pesan dari para peserta yang telah mengikuti rangkaian kegiatan Sekolah Jangka Benah di Palangka Raya.