Persoalan keterlanjuran pembangunan kebun sawit di dalam kawasan hutan masih menjadi tantangan serius dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemulihan fungsi ekosistem hutan. Keterlanjuran tersebut membawa dampak buruk secara ekologis sekaligus merugikan perekonomian negara. Sekolah Jangka Benah merupakan salah satu upaya solutif yang dikembangkan untuk membangun pemahaman teknis, sosial, dan kebijakan dalam penerapan konsep Jangka Benah sebagai pilar penyelesaian tenurial. Melalui kegiatan ini, para pihak diajak untuk belajar bersama mengenai implementasi SJB di lapangan guna mendorong transformasi kebun sawit monokultur menuju sistem agroforestri berkelanjutan. Kali ini Sekolah Jangka Benah diselenggarakan oleh WWF Indonesia bersama Yayasan Pundi Sumatra, Universitas Jambi, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya dengan tujuan untuk memulai secara resmi pembangunan demplot SJB sebagai bagian dari upaya percepatan implementasi SJB di Provinsi Jambi, sekaligus menjadi sarana sosialisasi, edukasi teknis, serta penguatan komitmen dan kolaborasi multipihak untuk mendukung keberhasilan program. Kegiatan ini memperkenalkan konsep Jangka Benah sebagai pendekatan sosio-teknis-kebijakan untuk memulihkan struktur dan fungsi hutan melalui pengelolaan agroforestri sawit. Strategi Jangka Benah hadir sebagai solusi konkret dari pemerintah dan masyarakat untuk menangani persoalan keterlanjuran kebun sawit di dalam kawasan hutan yang selama ini menjadi tantangan lingkungan, hukum, dan sosial. Kegiatan Sekolah Jangka Benah ini dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Mei 2025 bertempat di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Sekolah Jangka Benah ini dihadiri oleh 19 orang peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, para akademisi, WWF Indonesia, dan perwakilan beberapa lembaga lokal. Kegiatan ini menghadirkan narasumber diantaranya Bambang Yulisman, S.Hut., M.Si. (Kepala Bidang Perhutanan Sosial Provinsi Jambi), Dr. Forst. Bambang Irawan, SP, M.Sc. IPU (Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi), Dr. Ir. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si., IPM., Stevie Vista Nissauqodry, S.Hut., M.Sc., dan Denni Susanto, S.Hut., M.Sc. (Fakultas Kehutanan, UGM).
Materi pertama dari Sekolah Jangka Benah ini disampaikan oleh Bambang Yulisman, S.Hut., M.Si. mengenai mekanisme pengajuan izin, hak dan kewajiban pemegang izin, dan pengelolaan lahan paska izin dalam skema Perhutanan Sosial. Paparan selanjutnya oleh Dr. Forst. Bambang Irawan, SP, M.Sc. IPU mengenai Teknik dan Manajemen Agroforestri Sawit: Konsep dan Pengalaman di Lapangan. Para peserta antusias dengan materi yang dipaparkan sehingga sesi diskusi menjadi menarik dengan pertanyaan dan kendala riil di lapangan yang disampaikan para petani dan beberapa alternatif solusi yang dapat diberikan oleh para narasumber. Materi terakhir disampaikan oleh tiga narasumber secara bergantian dari Fakultas Kehutanan UGM yaitu Dr. Ir. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si., IPM., Stevie Vista Nissauqodry, S.Hut., M.Sc., dan Denni Susanto, S.Hut., M.Sc. yaitu mengenai Penyusunan Rancangan Teknis (Rantek) SJB. Pada sesi terakhir Sekolah Jangka Benah ini, para petani diminta untuk mengisi formulir yang telah disediakan untuk dapat secara langsung berlatih menyusun rancangan teknis SJB sebagai bagian penting dalam perencanaan intervensi teknis rehabilitasi hutan melalui jangka benah. Semangat kolaborasi dan antusiasme peserta pada hari pertama Sekolah Jangka Benah ditutup dengan harapan besar bahwa program ini dapat menjadi tonggak penting dalam mewujudkan pemulihan hutan yang berkelanjutan di Provinsi Jambi.