(0274) 512102 | 0821 3155 1569 jangkabenah@gmail.com

Sekolah Jangka Benah Tinjau Demonstrasi Plot Jangka Benah di Desa Karang Sari, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

by | 21 Jun 2025 12:06:47

Sebagai salah satu rangkaian dalam Sekolah Jangka Benah yang dilaksanakan di Kalimantan Tengah pada tanggal 17-19 Juni 2025, peserta Sekolah Jangka Benah diajak untuk meninjau secara langsung demonstrasi plot (demplot) Jangka Benah di Desa Karang Sari, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur tepatnya di lahan milik Husni Tamberin (Kepala Desa Karang Sari). Kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2025 ini bertujuan untuk menunjukkan kepada para peserta Sekolah Jangka Benah hasil nyata dari implementasi sistem agroforestri sawit. Kegiatan ini dihadiri oleh para peserta dari berbagai instansi, termasuk UPT Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, serta kelompok pemegang persetujuan izin PS dipandu oleh pemilik lahan yaitu Husni Tamberin Bersama dengan beberapa narasumber yakni Dr. Ir. Hero Marhaento (Fakultas Kehutanan UGM) dan Dr. Ir. Yanarita (Universitas Palangka Raya).

Demplot Jangka Benah di lahan milik Husni Tamberin ini memiliki total luas 3,5 hektar yang di dalamnya terdiri dari beberapa blok. Sebagian besar (2,2 ha) menerapkan pola tanam sisipan, sedangkan sisanya menerapkan pola tanam alley cropping (0,6 ha) dan alternate rows (0,7 ha). Terdapat beberapa blok yang dikunjungi oleh para peserta. Blok pertama termasuk blok dengan pola tanam sisipan dengan tanaman berkayu dan MPTS disisipkan di antara sawit. Adapun jenis tanamannya yakni durian, nangka, dan meranti. Blok kedua yang dikunjungi adalah blok dengan pola tanam alley cropping dengan jenis tanaman kayu berupa shorea leprosula, shorea balangeran, dan sengon, serta tanaman MPTS seperti jengkol dan durian. Jarak tanam yang diterapkan untuk tanaman sawit yaitu 8 x 9 meter dan untuk tanaman berkayu 3 x 3 meter. Menurut informasi dari Husni Tamberin, setelah 3,5 tahun tanaman jengkol sudah mulai berbuah. Pada blok kedua ini ditemukan jejak beruang berupa cakaran pada salah satu batang pohon durian. Pada blok ketiga, pola tanam yang diterapkan adalah alternate rows dengan jarak tanam antar sawit 8 x 9 meter dan jarak antar tanaman kayu 3 x 3 meter. Jenis tanaman berkayu yang ditanam yakni sengon, shorea leprosula, shorea balangeran, dan tanaman MPTS berupa jengkol dan durian. Pada blok ini juga dapat dilihat bahwa tanaman sengon dapat dipertimbangkan sebagai tanaman pagar. Ditemukan pula salah satu pohon berkayu yang digunakan sebagai tempat singgah orang utan. Berdasarkan tinjauan yang dilakukan pada setiap blok di demplot ini dapat dipahami bahwa sawit yang berada dekat denan pohon penaung akan menyebabkan pelepah sawit tersebut menjadi kering sehingga dalam implementasi agroforestri sawit perlu dilakukan perawatan yang lebih intens, salah satunya dengan rutin melakukan pruning atau pemangkasan pelepah. Selain itu, penting untuk merencanakan pola dan jarak tanam serta jenis yang dipilih sehingga baik sawit maupun tanaman kehutanan yang ditanam dapat menghasilkan produk yang optimal dan menguntungkan.