Salah satu tahapan utama dalam implementasi Strategi Jangka Benah (SJB) adalah merubah agroekosistem kelapa sawit monokultur menjadi agroforestry. Hal ini tidak mudah karena petani sawit masih mempunyai keraguan untuk mengadopsi agroforestry sawit terutama karena sebagian besar dari petani masih mempunyai (a) asumsi bahwa mengelola agroforestry kelapa sawit lebih rumit dibandingkan dengan mengelola kebun kelapa sawit monokultur, (b) asumsi bahwa penambahan jenis lain pada kebun kelapa sawit monokultur pada satu bidang lahan yang sama akan menyebabkan turunnya produksi TBS, dan (c) belum ada contoh konret agroforestri sawit yang dikelola secara baik sehingga memberikan keuntungan ekonomi yang lebih baik daripada praktik sawit monokultur. Salah satu upaya untuk meyakinkan petani sawit adalah dengan memberikan wawasan dan pengetahuan langsung terkait praktik agroforestry sawit.
Sejak 2014, Universitas Jambi (UNJA) dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Tadulako dan Universitas Goettingen Jerman dalam kerangka CRC 990/EFForTS project, telah membangun demplot agroforestry sawit di beberapa tempat di Jambi. Setelah 5 tahun, lokasi demplot agroforestry sawit di lahan konsesi PT Humusindo, Desa Bungku, sudah mulai tampak hasilnya.
Bertempat di ruang dekan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi, tim SJB yang diwaili Irul dan Rian, berkesempatan untuk bertemu dengan Dr. Bambang Irawan, dekan Fakultas Kehutanan UNJA, dan beberapa staf pengajar. Pada pertemuan tersebut, Dekan menyetujui dan mendukung kegiatan farmer school bagi petani sawit Desa Sungai Jernih, Kab Tebo, untuk belajar mengenai praktik agroforestry sawit di lokasi demplot project CRC.