Strategi Jangka Benah bukan lagi menjadi konsep yang dibicarakan secara nasional, tetapi konsep ini juga diperhatikan oleh dunia internasional. Ketertarikan dunia Internasional muncul setelah adanya kesepakatan untuk menerima minyak sawit yang berasal dari sumber yang legal, artinya tidak melakukan deforestasi hutan dalam prosesnya. Strategi Jangka Benah merupakan salah satu upaya dalam pemulihan keterlanjuran kebun sawit monokultur dan mengurangi tingkat deforestasi untuk pembukaan kebun sawit didalam Kawasan hutan.
Webinar diadakan oleh Universitas Jambi pada Kamis, 10 Maret 2022 secara online melalui zoom meetings serta disiarkan melalui youtube Kehutanan Unja. Webinar yang dihadiri oleh lebih dari 300 peserta ini dipandu oleh Dr. Ari Susanti (Fakultas Kehutanan UGM) sebagai moderator dengan mendatangkan beberapa narasumber antaralain Prof. Dr. Delphine Clara Zemp (University of Neuchâtel, Switzerland), Dr. Forst. Bambang Irawan (Dosen Dept Kehutanan Fakultas Pertanian – Universitas Jambi), dan Imam El-Marzuq, M.B.A (Senior Manager RSPO). Kegiatan ini dibuka dengan sambutan oleh Prof. Dr. Suandi (Dekan Fakultas Pertanian Universtias Jambi) dan Sigit Sunarta, Ph.D. (Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada). Webinar ini juga dihadiri oleh Dr. Rio Budi Rahmanto (Kepala Pusat Strategi Kebijakan Multilateral, Kementerian Luar Negeri RI) sebagai keynote speaker pada acara ini.
Dalam paparannya, Dr. Rio Budi Rahmanto menyampaikan bahwa peningkatan luas kebun kelapa sawit juga disebabkan oleh penambahan jumlah populasi yang meningkatkan kebutuhan terhadap penggunaan minyak sawit. Pengelolaan minyak sawit harus mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan dengan aspek-aspek diantaranya ekonomi, sosial, dan lingkungan yang diwujudkan melalui strategi jangka benah. Prof. Dr. Delphine Clara Zemp menjelaskan bahwa ekspansi kebun kelapa sawit di kawasan hutan menyebabkan pengurangan biodiversitas dan mengurangi fungsi ekosistem yang ada. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan membentuk pola ‘Tree island’ dimana mengurangi 40% komoditas kelapa sawit dan digantikan dengan tanaman kehutanan secara mengelompok dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Melalui pendekatan ini terjadi peningkatan biodiversitas sebanyak 250% dibandingkan kebun sawit monokultur yang dikelola sebelumnya.
Menurut Dr. Forst. Bambang Irawan nilai ekonomi hutan dan sawit secara monokultur masih rendah jika dibandingkan dengan pola agroforestry. Pendekatan agroforestry dianggap menjadi solusi sosial-ekonomi dan lingkungan dalam pemenuhan kebutuhan minyak sawit. Paparan Dr. Rio Budi Rahmanto menjelaskan bahwa RSPO bertujuan untuk menciptakan tata kelola sawit yang lebih baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Sawit berkelanjutan sebagai sasaran yang ingin dicapai yang didasari oleh landasan people, planet, dan prosperity. Perhutanan Sosial merupakan salah satu program yang direkognisi oleh RSPO sebagai upaya pemulihan keanekaragaman hayati.
Webinar ini mendapatkan perhatian dari banyak pihak, baik berasal dari tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Webinar ini diharapkan mampu meningkatkan ketertarikan publik khususnya petani sawit rakyat untuk menerapkan strategi jangka benah pada lahan yang mereka kelola. Tayangan webinar ini dapat diakses kembali melalui Youtube Kehutanan Unja.
Universitas Jambi Mengadakan Webinar Internasional Dengan Topik Strategi Jangka Benah
