Tim SJB bersama dengan segenap mitra SPOS Indonesia melakukan rapat koordinasi secara daring pada Kamis, 20 Mei 2020. Rapat koordinasi dilakukan dengan mengikuti anjuran WFH (Work from Home) oleh pemerintah. Dengan moderator Rostanto S dari SPOS Indonesia, rapat ini menggunakan Zoom video conference dan diikuti oleh 47 anggota mitra SPOS Indonesia. Terpantau 10 mitra SPOS dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti rapat ini, yaitu Fakultas Kehutanan UGM (FKT UGM), Fakultas Ekologi Manusia IPB (FEMA IPB), LTKL, AURIGA, KBCF, SPKS, JAVLEC, ARC, dan LEI. Rapat ini membahas tentang update terkini capaian kegiatan, tantangan yang dihadapi, dan hambatan kegiatan oleh setiap mitra. Seluruh mitra SPOS Indonesia melaporkan update kegiatan yang dilakukan dalam 3 sesi paparan dan diskusi. Tim SJB yang mengikuti rapat koordinasi ini diwakili oleh Hero Marhaento, Dwiko Budi Permadi, Slamet Riyanto, Handojo Hadi Nurjanto, Ari Susanti, Fiqri Ardiansyah, dan Denni Susanto. Dalam rapat koordinasi ini, juga disampaikan isu-isu terkini arah kebijakan pemerintah terkait dengan tata kelola sawit, dan penyusunan database SPOS Indonesia yang bekerjasama dengan seluruh mitra. Tim SPOS Indonesia dalam rapat ini diwakili oleh Irfan Bachtiar, Diah Suradiredja, Anton Sanjaya, Rostanto S, Asri, Diyane Sudaryanti, Metia Lembasi, Neneng S, dan Tazkiya.
Hero sebagai ketua tim SJB menyampaikan bahwa saat ini kegiatan SJB tetap berjalan dan menyesuaikan dengan situasi serta anjuran pemerintah dalam menghadapi covid-19. Saat ini tim SJB melaksanakan kegiatan dengan capaian outcome 1 SJB yaitu merubah kebun kelapa sawit rakyat monokultur yang berada di dalam kawasan hutan menjadi kebun campur sawit dalam bentuk agroforestry. Menyesuaikan kondisi pandemi covid-19 saat ini, tim tetap melaksanakan kegiatan diantaranya adalah (1) monitoring demplot yang telah dibangun di Kab. Tebo, Prov. Jambi, dan Kab. Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, (2) pengumpulan data riset adoptabilitas agroforestry sawit pada petani sawit smallholders, (3) Kerjasama riset dengan Utrecht University, dan (4) pengembangan media informasi SJB melalui pembuatan website. Paparan dan diskusi dalam rapat koordinasi ini berlangsung menarik dan cukup interaktif. Dari diskusi yang berlangsung, disampaikan oleh peserta forum, bahwa petani sawit yang lahannya tidak berada di dalam kawasan hutan juga memiliki ketertarikan untuk mengadopsi SJB pula. Hal ini menjadi salah satu motivasi bagi tim SJB untuk terus mengembangkan dan mematangkan konsep SJB agar dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat petani sawit smallholders dan berkontribusi terhadap kebijakan pemerintah dalam penataan kawasan serta tata kelola sawit yang baik di Indonesia.